Banyaknya pemain naturalisasi dalam skuad timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong memantik banyak reaksi. M. Tahir, salah satu pesepakbola tanah air menyebut pemain lokal sejatinya selevel pemain naturalisasi. Apakah fakta itu ada benarnya?
Kritikan M. Tahir
Setidaknya ada 11 pemain naturalisasi dalam skuad Shin Tae-yong, dan ini menurut banyak pihak terlalu banyak. Kritikan mengalir deras dari berbagai pihak. Termasuk dari M. Tahir, salah satu pesepakbola lokal senior.
Tahir yang tampil dalam podcast channel Bicara Bola unggahan 25 Maret 2024 menyampaikan pemain naturalisasi ini terlalu banyak. Menurutnya, ini justru menghambat jalan para pemain lokal ke timnas. Lebih lanjut, Tahir menyebut kualitas pemain lokal tidak jauh beda dengan para pemain naturalisasi.
Liga Indonesia ada sebagai fasilitas para pemain lokal unjuk gigi supaya bisa main di timnas. Tahir menyebut, dengan adanya para pemain naturalisasi, Liga Indonesia tidak banyak berguna. Toh, PSSI akhirnya memilih mendatangkan pemain berdarah asing.
Menurut Tahir, satu hal yang membedakan hanyalah tempat bermain mereka. Pemain lokal kalah karena main di dalam negeri, sementara naturalisasi main di luar negeri. Ia bahkan menyebut pemain lokal bisa menang seandainya ada ujicoba antara pemain lokal vs pemain naturalisasi.
Fakta Soal Naturalisasi
Pernyataan Tahir dalam kanal podcast Bicara Bola memang tidak sepenuhnya salah. Tapi ada beberapa fakta yang kurang tepat. Misalnya saja soal kualitas. Faktanya, performa timnas kian terdongkrak pasca para pemain naturalisasi masuk.
Siapapun sepakat dengan fakta bahwa organisasi tim menjadi lebih rapi dengan hadirnya pemain-pemain berdarah asing. Sebut saja Jay Idzes, Thom Haye, hingga Ragnar Oratmangoen. Pembuktiannya ada di laga terakhir kontra Vietnam, di mana Indonesia menang tiga gol tanpa balas saat itu.
Pernyataan yang perlu dianulir berikutnya adalah pemain lokal dan naturalisasi 11 12. Level permainan jelas berbeda antara Liga top Eropa dengan Liga Indonesia. Di sana, level permainan lebih intens, dengan tempo permainan lebih cepat dan menguras fisik.
Lagi-lagi, pemahaman taktik para pemain naturalisasi terlihat lebih baik dibanding beberapa pemain lokal. Tentu saja ini buah dari pengalaman mereka selama berkarir di Eropa yang notabene adalah kiblat sepakbola dunia.
Satu hal yang tepat dari pernyataan Tahir terkait pemain naturalisasi adalah hal ini memang bakal mengancam para pemain lokal. Namun, selagi pemain lokal bisa menunjukkan kualitas, ini bukan persoalan besar. Masih ada kans mereka memperkuat timnas, dan bersaing dengan para pemain naturalisasi.
Respon PSSI
Dampak dari pernyataan M. Tahir, PSSI ikut merespon. Lewat Anggota Komite Eksekutif Arya Sinulingga, PSSI memberikan jawaban. Menurut Arya, PSSI tidak memilih hanya berdasarkan di mana pemain itu bermain, tetapi berdasarkan kualitas pemain itu sendiri.
Selagi pemain lokal bisa menunjukkan performa bagus, menurut Arya, pemain itu layak mendapat tempat di timnas. Kemudian, untuk pemain naturalisasi, mereka juga punya hak. Selagi mereka punya darah Indonesia, mereka berhak memperkuat tim Garuda.
Arya kemudian mengimbau kepada masyarakat Indonesia bahwa permasalahan seperti ini tidak perlu dijadikan polemik. Toh pemain lokal bisa saja masuk timnas, asal kualitasnya terjamin. Lihat saja beberapa nama lokal seperti Ernando, Pratama Arhan, Ramadhan Sananta dan banyak lagi.
Akan selalu ada pro dan kontra dalam setiap kebijakan, termasuk pemilihan skuad untuk timnas Indonesia. Namun sekali lagi, ini sejatinya bukan masalah besar. Satu yang terpenting buat para pemain lokal adalah bagaimana caranya meningkatkan kualitas, supaya bisa bersaing dengan pemain-pemain berdarah asing.