Laga perempat final leg pertama Liga Champions antara PSG vs Barcelona menyisakan banyak cerita. Salah satunya adalah matinya pergerakan Kylian Mbappe oleh Pau Cubarsi. Siapa sebenarnya wonderkid Barcelona ini? Mari kita simak profilnya!
Perjalanan Karir
Tidak semua pesepakbola sukses memiliki darah sepakbola, termasuk Pau Cubarsi. Cubarsi yang terkenal solid dan tangguh adalah anak seorang tukang kayu dari Estanyol. Cubarsi menempuh pendidikan sepakbola sejak usia 2 tahun, bareng Girona.
Pada tahun 2018, pemain kelahiran 22 Januari 2007 itu mendapat kesempatan menimba ilmu di La Masia. Sebuah kesempatan yang tentu tidak ia sia-siakan. Cubarsi melejit bersama La Masia, menjadi salah satu bintang paling bersinar di level junior, bareng Lamine Yamal dan Ilaix Moriba.
April 2023, Xavi memberi kesempatan Cubarsi berlatih bersama tim senior. Ini adalah momen di mana entrenador Barcelona itu melihat sesuatu yang fenomenal dalam diri Cubarsi. Cubarsi lantas mendapat kontrak profesional pada 8 Juli 2023, dan menjadi bagian tim utama pada musim 2023/2024.
Momen-Momen Krusial
Tidak ada momen yang istimewa ketika Cubarsi debut untuk tim senior Barcelona di laga kontra UD Salamanca, Januari silam. Namun, namanya naik daun dua bulan setelahnya. Cubarsi tampil di partai kontra Napoli, laga yang membuatnya makin jadi buah bibir.
Saat ikut serta dalam laga tersebut, Cubarsi berusia 17 tahun 50 hari. Ini adalah rekor pemain termuda yang debut di fase knockout Liga Champions. Cubarsi melewati rekor David Alaba yang pernah dapat rekor serupa saat usianya menginjak 17 tahun 258 hari.
Dalam angka, ada beberapa statistik yang memperlihatkan betapa menonjolnya bakat Cubarsi. Pemuda 17 tahun mencatatkan tiga duel udara dan tiga tekel bersih yang kesemuanya ia menangkan. Ia juga berhasil mengantongi striker Napoli Victor Osimhen.
Bak ketiban berkah, Cubarsi kemudian mendapat panggilan timnas Spanyol arahan Luis de la Fuente. Ia masuk pada menit ke-83, menggantikan Aymeric Laporte. Cubarsi kembali catat rekor di laga ini, sebagai defender termuda timnas Spanyol, mengalahkan Sergio Ramos pada 2005.
Kantongi Mbappe
Untuk urusan kantong-mengantongi, Cubarsi mungkin adalah ahlinya. Terbukti, pasca mengantongi Osimhen, Cubarsi kembali mengantongi nama tenar lainnya. Sang wonderkid kali ini mengantongi Mbappe dalam partai perempat final Liga Champions.
Di babak pertama pertandingan kontra PSG, Cubarsi mencatat clearance terbanyak, plus 92,5 persen akurasi umpan. Ia punya kontribusi besar mengawal pergerakan Mbappe, sehingga penyerang PSG itu mati kutu, tidak bisa berbuat banyak.
Statistik mencatat, Mbappe mendapatkan 12 duel, 4 dribble, tetapi tidak ada satupun yang ia menangkan. Ruang tembak attacker Prancis itu juga benar-benar hilang. Terbukti, tidak ada satupun shot on target dari kakinya.
Kata Mereka
Xavi sebagai orang yang menemukan bakat Pau Cubarsi begitu kagum dengan anak asuhnya itu. Seusai laga kontra PSG, sang entrenador mengaku kehabisan kata-kata. Ia tidak bisa mendeksripsikan permainan Cubarsi saking bagusnya.
Sementara itu, Luis de la Fuente sempat mendapat kritikan ketika dirinya memanggil Cubarsi untuk kali pertama. Banyak orang mempertanyakan keputusan De la Fuente, menganggap Cubarsi terlalu muda untuk timnas.
Akan tetapi, sang pelatih terlanjur jatuh cinta terhadap kualitas Cubarsi di atas lapangan. Bahkan, menurutnya, usia hanyalah angka. Bagi De la Fuente, usia Cubarsi yang masih sangat belia sudah tertutupi oleh skillnya yang begitu mumpuni.