Berbagai kontroversi yang terjadi pada laga Qatar vs Indonesia dalam lanjutan Piala Asia U23 menyisakan banyak cerita. Satu topik yang kembali mencuat adalah dugaan tuan rumah bakal main ‘kotor’ lagi. Benarkah ada indikasi Qatar curang?
Senior dan Junior Sama Saja
Semua pihak barangkali ikhlas apabila timnas cuma kalah secara kualitas dan taktikal atas Qatar, Senin (15/4) malam. Tapi apa yang terjadi di Stadion Jassim bin Hamad adalah sesuatu yang lain. Qatar mendapat keuntungan dari sejumlah keputusan wasit yang menurut banyak pihak berat sebelah.
Bayangkan saja, wasit mengganjar dua pemain Indonesia, Ivar Jenner dan Ramadhan Sananta dengan kartu merah. Sementara tekel keras dari Saif Eldeen terhadap Witan Sulaeman hanya berbuah kartu kuning.
Tiga momen tersebut hanya sebagian contoh dari banyaknya kejadian kontroversial buah keputusan wasit Nasrullo Kabirov. Ada banyak momen wasit asal Tajikistan itu membuat keputusan yang menguntungkan tuan rumah, memunculkan indikasi bahwa Qatar bakal main ‘kotor’.
Kilas balik menuju gelaran Piala Asia level senior, Qatar pernah mendapat tudingan serupa. Sama seperti juniornya, perjalanan timnas Qatar senior jauh dari kata mulus, tentunya dalam konteks ‘kontroversial.’
Momen puncaknya terjadi di partai final, ketika semua gol Qatar tercipta via tendangan penalti. Para pemain Jordania merasa ada yang tidak beres. Wasit acapkali menengok VAR setiap kali pemain Jordania menyentuh pemain Qatar.
Pelatih Jordania Hussein Ammouta blak-blakan menyebut tiga penalti Qatar benar-benar meruntuhkan mental pasukannya. Pihak eksternal juga beranggapan ada yang janggal dalam proses Qatar menjadi juara. Sekarang, indikasi itu kembali tercium, dan kali ini melibatkan tim juniornya.
Selalu Dibantu Wasit
Apa yang dialami Indonesia dalam laga Senin malam juga pernah dialami Jordania di level senior. Wasit Ma Ning asal China yang waktu itu memimpin partai final juga banyak membuat keputusan kontroversial, termasuk triple penalti buat tuan rumah.
Ma Ning punya rekam jejak tidak bagus selama berkiprah sebagai pengadil lapangan. Bahkan rekam jejak wasit asal China itu terbilang buruk mengingat keterlibatannya dalam berbagai skandal suap di masa lalu. Namun AFC tetap memilihnya sebagai wasit partai final.
Kembali ke era kini, wasit Nasrullo Kabirov memang tidak punya rekam jejak buruk seperti Ma Ning. Tetapi kredibilitasnya kini dipertanyakan. Tidak ada catatan Kabirov pernah memimpin turnamen level benua, kecuali di sektor junior yakni U-17.
Entah kebetulan atau tidak, wasit yang memimpin partai final Piala Asia dan wasit laga Qatar vs Indonesia seakan ‘memihak’ tuan rumah. Walau tidak ada bukti sahih mengenai keberpihakan wasit, keputusan-keputusan Ma Ning dan Kabirov tetap banyak yang merugikan lawan-lawan Qatar.
Benarkah Ada ‘Permainan’?
Qatar juga pernah menjadi sasaran tudingan kasus megakorupsi pada 2022. Dugaanya, Qatar melakukan suap kepada FIFA supaya asosiasi sepakbola tertinggi itu menunjuk mereka sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, entah apa motifnya.
Ada banyak spekulasi yang menyebut Qatar main curang selama Piala Asia senior kemarin. Beberapa menyebut indikasi itu kembali menyeruak pasca laga pembuka negara kaya minyak itu Piala Asia U23 kontra Indonesia.
Berkaca dari masa lampau, tidak ada yang mampu membuktikan bahwa Qatar bersalah dan memang bermain kotor. Pun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa negara ini memang mengupayakan sejumlah siasat supaya bisa meraih prestasi yang tinggi.
Untuk Piala Asia U23 edisi tahun ini, patut dinanti akan bagaimana kiprah Qatar pasca menaklukkan Indonesia. Kalau dalam perjalanannya tim ini memang main bagus, maka bisa jadi indikasi kecurangan itu hanya mengada-ada. Tapi apabila kontroversi masih terus mengikuti mereka, bisa jadi memang ada ‘permainan’.